KANKER PAYUDARA (CA MAMMAE)
A.
Definisi
Ca mammae adalah
sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam jaringan mammae (Tapan, 2005). Ca Mammae adalah kanker yang menyerang
jaringan payudara yang menyebabkan sel dan jaringan payudara berubah bentuk
menjadi abnormal dan bertambah banyak secara tidak terkendali (Mardiana, 2004).
B. Insiden
Ca mammae
merupakan jenis kanker kedua terbanyak yang diderita kaum wanita setelah ca serviks. Amerika utara dan Eropa
memiliki angka insiden ca mammae yang
lebih tinggi daripada Asia. Di Amerika Serikat ca mammae merupakan 32 % dari seluruh jumlah kanker pada wanita.
Diperkirakan 1 diantara 8 wanita di Amerika Serikat (± 12,8%) mengidap
karsinoma payudara selama hidupnya. Tiap tahun 180.000 kasus baru invasive
breast cancer terdiagnosis dengan lebih dari 40.000 angka kematian
terjadi di AS sedangkan lebih dari 1 juta kasus baru dan 370.000 kematian tiap
tahunnya terjadi di seluruh dunia. Ini menunjukkan bahwa metode pengobatan yang
efektif sangat dibutuhkan untuk memberantas penyakit ini (Ibrahim, 2010).
Angka
insiden tertinggi dapat ditemukan pada beberapa daerah di Amerika Serikat (100/100.000),
beberapa negara Eropa Barat (tertinggi di Swiss, (73,5/100.000). Untuk Asia,
masih berkisar antara 10-20/100.000 (Jepang 17,6/100.000), (Kuwait
17,2/100.000), (Cina 9,5/100.000) (RS Kanker
Dharmais, 2002).
Belum
ada data yang akurat untuk insiden ca
mammae di masyarakat Indonesia pada saat ini, karena luasnya wilayah dan
terbatasnya sarana maka semua data kanker berdasarkan data dari rumah sakit.
Dari beberapa laporan, Angka ca mammae
diperkirakan 20 % dari seluruh kanker yang menyerang wanita (Azamris, 2006).
C. Etiologi
Saat
ini belum ditemukan data yang pasti yang menjadi faktor penyebab utama penyakit
ca mammae. Sampai saat ini terjadinya
ca mammae diduga akibat interaksi
yang rumit dari banyak faktor seperti faktor genetika, lingkungan, dan hormonal
yaitu kadar hormon estrogen dalam tubuh yang berlebihan (Harianto, 2005).
D. Faktor Risiko
Etiologi
kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada
pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara. Ada beberapa faktor
resiko yang dapat meningkatkan terjadinya ca
mammae yaitu :
1.
Riwayat keluarga
Wanita yang memiliki
riwayat keluarga ada yang menderita ca
mammae seperti pada ibu, saudara perempuan, atau adik/kakak memiliki resiko
terkena ca mammae 2 hingga 3 kali
lebih tinggi.
2.
Hormon
Haid pertama (menarche)
sebelum umur 10 tahun, mati haid (menopause) setelah umur 55 tahun, tidak
menikah atau tidak pernah melahirkan anak, melahirkan anak setelah umur 35
tahun dan tidak pernah menyusui anak.
3.
Umur
Wanita berumur >30
tahun mempunyai kemungkinan lebih besar mendapat kanker payudara dan
kemungkinan tersebut bertambah setelah menopause.
4.
Wanita yang pernah mengalami infeksi,
trauma/benturan, operasi payudara akibat tumor jinak atatu tumor ganas
kontralateral.
5.
Wanita yang mendapat radiasi sebelumnya
pada payudara atau dinding dada.
6.
Peningkatan berat badan yang signifikan
pada usia dewasa.
7.
Wanita yang pernah mengalami operasi
tumor ovarium resikonya 3 hingga 4 kali lebih tinggi (Dalimartha, 2004).
8.
Lama menggunakan kontrasepsi oral
9.
Pola konsumsi makanan berlemak
10.
Kurangnya aktivitas fisik (Indarti, 2005).
E. Patofisiologi
Ca
mammae, sama seperti keganasan lainnya penyebab dari
keganasan ini merupakan multifaktoral baik lingkungan maupun faktor herediter,
diantaranya adanya lesi pada DNA menyebabkan mutasi genetik, mutasi gen ini
dapat menyebabkan ca mammae,
kegagalan sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan abnormal dari growth factor menyebabkan rangsangan
abnormal antara sel stromal dengan sel epitel, adanya defek pada DNA repair genes seperti BRCA1, BRCA2, yang
pada prinsipnya meningkatkan aktivitas proliferasi sel serta kelainan yang menurunkan
atau menghilangkan regulasi kematian sel (Heffner, 2005).
Ca
mammae terjadi
karena hilangnya kontrol atau proliferasi sel payudara dan apoptosis sehingga
sel payudara berpoliferasi secara terus-menerus. Hilangnya fungsi apoptosis
menyebabkan ketidakmampuan mendeteksi kerusakan sel akibat kerusakan DNA. Bila
terjadi mutasi gen p53 maka fungsi sebagai pendeteksi kerusakan DNA akan
hilang, sehingga sel-sel abnormal berpoliferasi terus-menerus. Peningkatan
jumlah sel tidak normal ini umumnya membentuk benjolan yang disebut tumor atau
kanker. Tumor jinak biasanya merupakan gumpalan lemak yang terbungkus dalam
suatu wadah yang menyerupai kantong. Lewat aliran darah maupun sistem getah
bening, sel-sel tumor dan racun yang dihasilkan keluar dari kumpulannya dan
menyebar ke bagian lain tubuh.
Sel-sel yang menyebar ini kemudian akan
tumbuh berkembang di tempat baru, yang akhirnya membentuk segerombolan sel
tumor ganas atau kanker baru. Keganasan kanker payudara ini dengan menyerang
sel-sel nomal disekitarnya, terutama sel-sel yang lemah. Sel kanker akan tumbuh
pesat sekali, sehingga payudara penderita akan membesar tidak seperti biasanya.
Ca
mamae berasal dari epitel saluran dan kelenjar payudara.
Pertumbuhan dimulai dari dalam duktus ataupun kelenjar lobulus yang disebut
karsinoma noninvasif. Kemudian tumor menerobos ke luar dinding duktus atau
kelenjarr di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma, yang dikenal dengan
nama karsinoma invasif. Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening,
deposit dan tumbuh di kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening
aksiler atau supraklavikuler membesar. Ca mammae pertama kali menyebar ke
kelenjar aksila regional. Lokasi metastasis paling jauh yaitu tulang, hati,
paru, pleura, dan otak (Heffner, 2005).
F.
Tipe-tipe
Tipe Ca mammae berdasarkan gambaran
histopatologi :
1.
Karsinoma
duktal menginflitrasi
Adalah tipe histopatologi yang
paling umum, merupakan 75 % dari semua jenis kanker payudara. Kanker ini sangat
jelas karena keras saat palpasi. Kanker jenis ini biasanya bermetastasis ke
nodus aksila, tulang, paru, hepar dan otak
2.
Karsinoma
lobular menginfiltrasi
Tipe ini umumnya multisentris, dapat
terjadi penebalan beberapa area pada salah satu atau kedua mammae. Karsinoma lobular
biasanya bermetastasis ke permukaan meningeal.
3.
Karsinoma
modular
Pada
6 % karsinoma modular tumbuh dalam
kapsul, dapat menjadi besar tetapi meluas dengan lambat, sehingga prognosis
seringkali lebih baik.
4.
Karsinoma
musinus
Pada
3 % karsinoma musinus adalah penghasil lendir, juga tumbuh dengan
lambat.
5.
Karsinoma
duktal-tubular
Hanya 2% dan jarang terjadi, karena
metastasis aksilaris secara histologi tidak lazim maka prognosisnya sangat
baik.
6.
Karsinoma
inflamantori
Merupakan tipe karsinoma mammae yang jarang (1-2 %) dan
menimbulkan gejala-gejala yang berbeda dari karsinoma mammae yang lain. Tumor
ini nyeri tekan dan sangat nyeri, mammae secara abnormal keras dan membesar.
Kulit diatas tumor merah dan agak hitam. Sering terjadi edema dan retraksi
papilla mammae (Prawirohardjo, 2005).
G.
Stadium
Kanker Payudara
Tjindarbumi
(2002) membagi stadium ca mammae yanng
disesuaikan dengan aplikasi klinis sebagai berikut :
1.
Stadium I
Tumor
terbatas pada payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada
fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2
cm. Kelenjar getah bening regional belum teraba.
2.
Stadium II
Besar
tumor 2,5-5 cm dan sudah ada satu atau beberapa Kelenjar Getah Bening (KGB)
aksila yang masih bebas dengan diameter < 2 cm.
3.
Stadium IIIa
Tumor
sudah meluas dalam payudara (5-10 cm) tetapi masih bebas di jaringan
sekitarnya, KGB aksila masih bebas satu sama lain.
4.
Stadium IIIb
Tumor
sudah meluas ke dalam payudara (5-10 cm) fiksasi pada kulit atau dinding dada,
kulit merah, dan ada oedema (>1/3 permukaan kulit payudara), ulserasi dan
atau nodul.
5.
Stadium IV
Tumor seperti
pada yang lain (stadium I, II, dan III), tetapi sudah disertai dengan KGB
aksila supra-klavikula dan metastasis jauh lainnya.
H. Tanda dan Gejala
Menurut Suryaningsih 2009, tanda
dan gejalanya adalah :
1. Benjolan
Adanya
benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan tangan. Semakin lama benjolan
tersebut semakin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
2. Perubahan kulit pada payudara
a.
Kulit
tertarik (skin dimpling)
b.
Benjolan
yang dapat dilihat (visible lump)
c.
Eritema
d.
Ulkus
3. Kelainan pada putting
a.
Putting
tertarik (nipple retraction)
b.
Eksema
c.
Cairan
pada putting (nipple discharge)
I.
Tes
Diagnostik
a. Mamografi
Dengan tes ini dapat
ditemukan benjolan yang kecil sekalipun. Bila secara klinis dicurigai ada tumor
dan pada mamografi tidak ditemukan apa-apa, pemeriksaan harus dilanjutkan
dengan biopsi sebab sering karsinoma tidak tampak pada mammogram. Sebaliknya
bila mamografi positif dan secara klinis tidak teraba tumor pemeriksaan harus
dilanjutkan dengan pungsi atau biopsi.
b. Ulrasonografi
USG biasanya digunakan
bersamaan bersama dengan mamografi, tujuannya untuk membedakan kista yang
berisi cairan atau solid. Untuk menentukan stadium dapat menggunakan foto
thoraks, USG abdomen, Bone scanning
dan CT scan.
c.
X-foto thorax
Dapat membantu mengetahui adanya
keganasan dan mendeteksi adanya metastase ke paru-paru.
d. Pemeriksaan
Biopsi Jarum Halus
Merupakan
pemeriksaan sitologi dimana bahan pemeriksaan diperoleh dari hasil punksi jarum
terhadap lesi yang dapat dipakai untuk menentukan apakah akan segera disiapkan
pembedahan dengan sediaan beku atau akan dilanjutkan oleh pemeriksaan lain.
Cara pemeriksaan ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi, namun
tidak dapat memastikan tidak adanya keganasan. Hasil negatif pada pemeriksaan
ini dapat berarti bahwa jarum biopsi tidak mengenai daerah keganasan sehingga
biopsi eksisi tetap diperlukan untuk konfirmasi hasil negatif tersebut
(Sjamsuhidayat, 2004).
J. Pengobatan
Pengobatan dimulai setelah dilakukan
penilaian secara menyeluruh terhadap kondisi penderita, yaitu sekitar 1 minggu
atau lebih setelah biopsi. Pengobatannya terdiri dari pembedahan, terapi
penyinaran, kemoterapi dan obat penghambat hormon.
1.
Pembedahan
a.
Mastektomi
Mastektomi
adalah operasi pengangkatan mammae.
Ada 3 jenis mastektomi yaitu :
1) Modified
Radycal Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh mammae,
jaringan mammae di tulang
dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.
2) Total
(Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh mammae saja, tanpa kelenjar di ketiak.
3) Radical
Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari
mammae. Biasanya disebut Lumpectomy,
yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan
seluruh mammae. Biasanya lumpectomy
direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan
letaknya di pinggir mammae.
b.
Kelenjar Getah Bening (KGB) Ketiak.
Pengangkatan KGB Ketiak dilakukan
terhadap penderita ca mammae yang
menyebar tetapi besar tumornya lebih dari 2,5 cm (Tapan, 2005).
2.
Non Pembedahan
a.
Terapi radiasi
Radiasi adalah
proses penyinaran pada daerah yang terkena ca
dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh
sel kanker yang masih tersisa di mammae
setelah operasi. Efek pengobatan ini adalah tubuh menjadi lemah, nafsu makan
berkurang, warna kulit di sekitar mammae
menjadi hitam serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari
radiasi.
b.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian
obat-obatan anti kanker dalam bentuk
pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker.
Obat –obatan ini tidak hanya membunuh sel kanker pada mammae, tetapi juga
seluruh sel dalam tubuh. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan
muntah serta rambut rontok. Sistematik setelah mastektomi, paliatif pada penyakit
yang lanjut.
c.
Terapi hormon dan endokrin
Pemberian hormon dilakukan apabila
penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh. Terapi hormonal biasanya
diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi.
Obat-obat penghambat hormon (obat yang mempengaruhi
kerja hormon yang menyokong pertumbuhan sel kanker) digunakan untuk menekan
pertumbuhan sel kanker di seluruh
tubuh. Diberikan pada kanker yang
telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi
adrenalektomi hipofisektomi (Tapan, 2005).
K. Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Data biografi/biodata
Meliputi identitas klien : nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
b.
Riwayat keluhan
1). Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat
penyakitnya :
Benjolan,
kecepatan tumbuh, rasa sakit, nipple
discharge, nipple retraksi dan sejak kapan, krusta pada aerola, kelainan
kulit : dimpling, peau d’orange,
ulserasi, venektasi, perubahan warna kulit, benjolan ketiak, edema lengan.
2). Keluhan
di tempat lain berhubungan dengan metastasis :
Nyeri tulang (vertebra, femur),
rasa penuh di ulu hati, batuk, sesak, sakit kepala hebat.
c.
Faktor Risiko
Usia penderita, usia melahirkan anak pertama, punya
anak atu tidak, riwayat menyusui, riwayat menstruasi : menstruasi pertama usia
berapa, keteraturan siklus menstruasi, menopouse usia berapa, riwayat pemakaian
obat hormonal, riwayat keluarga sehubungan dengan kanker payudara atau kanker
lain, riwayat pernah operasi tumor payudara, riwayat radiasi dinding dada.
d.
Pemeriksaan fisik meliputi :
1)
Status generalis
2)
Status lokasi :
Payudara kanan dan kiri harus diperiksa
Masa tumor : lokasi, ukuran, konsistensi, permukaan,
bentuk dan batas tumor, jumlah tumor, terfiksasi atau tidak ke jaringan sekitar
payudara, kulit, m. pektoralis, dan dinding dada.
Perubahan kulit : kemerahan, dimpling, edema, nodul, peau
d’orange, ulserasi.
Nipple : tertarik, erosi, krusta, discharge.
Status kelenjar getah bening :
KGB
aksila : jumlah, ukuran, konsistensi
KGB
infra klavikula
KGB
supraklavikula
Pemeriksaan pada daerah yang
dicurigai metastasis : Lokasi organ (paru, tulang, hepar, otak).
3)
Berat badan dan tinggi badan
4)
Pengkajian head to toe
e.
Pemeriksaan laboratorium meliputi :
1)
Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun,
leukosit meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan
kreatinin.
2)
Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatinin
meningkat.
3)
Tes diagnostik
yang biasa dilakukan pada penderita ca
mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan
pemeriksaan reseptor hormon.
f. Pengkajian pola kebiasaan hidup
sehari-hari meliputi :
1) Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, makanan
yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.
2)
Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah
masuk RS.
3)
Istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam
sehari sebelum dan sesudah sakit.
4) Personal
hygiene
Frekuensi mandi
dan menggosok gigi dalam sehari, frekuensi mencuci rambut dalam seminggu, dikaji
sebelum dan pada saat di RS.
5) Identifikasi
masalah psikologis, sosial, dan spiritual.
Status psikologis : Emosi biasanya
cepat tersinggung, marah, cemas, pasien berharap cepat sembuh, merasa asing
tinggal di RS, merasa rendah diri, mekanisme koping yang negatif.
Status sosial : Merasa terasing akibat klien kurang
berinteraksi dengan masyarakat lain.
Status spiritual : Klien
dalam beribadah.
2.
Diagnosa
Keperawatan
a.
Nyeri akut/kronis berhubungan dengan
adanya penekanan massa tumor
b.
Kerusakan integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan
perubahan sirkulasi, adanya edema, destruksi jaringan
c.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat dan hipermetabolisme.
d.
Resiko infeksi berhubungan dengan luka infeksi
e.
Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
f.
Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan kehilangan mamae dan atau perubahan gambaran mamae.
g.
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. Intervensi
a.
Nyeri
akut/kronis berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
Tujuan
: Nyeri klien berkurang atau dapat
teratasi
Kriteria
hasil :
a.
Klien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 2-3 atau
hilang.
b.
Nyeri tekan tidak ada.
c.
Ekspresi wajah tenang, dapat istirahat, tidur.
d.
Mengenali faktor penyebab dan
menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri.
Intervensi (NIC)
|
Rasional
|
a.
Kaji secara komphrehensif lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, skala, dan intensitas nyeri.
b.
Berikan informasi mengenai nyeri klien meliputi
penyebab nyeri dan intensitas nyeri.
c.
Posisikan pasien untuk memberikan kenyamanan.
d.
Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (relaksasi,
guided emergency, terapi music, distraksi, aplikasi panas dingin, massage,
TENS, hipnotis, terapi bermain, terapi
aktivitas akupresure).
e.
Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
f.
Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama kali.
g.
Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal
|
Untuk
mengetahui sejauh mana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh klien
sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya.
Klien
dapat mengontrol nyeri.
Dapat mempengaruhi kemampuan klien
untuk rileks/istirahat secara efektif dan dapat mengurangi nyeri.
Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman
dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat
membantu mengurangi nyeri yang dirasakan.
Kebutuhan tidur/istirahat terpenuhi
dan cara untuk mengurangi nyeri.
Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi
merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.
Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga
nyeri tidat dapat dipersepsikan.
|
b.
Kerusakan
integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan
perubahan sirkulasi, adanya edema, destruksi jaringan.
Tujuan :
Kerusakan
integritas kulit dapat teratasi.
Kriteria
Hasil :
a. Integritas
kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
b. Perfusi
jaringan baik
c. Menunjukkan
terjadinya proses penyembuhan luka
Intervensi (NIC)
|
Rasional
|
a.
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
b.
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
c.
Monitor kulit adanya kemerahan
d.
Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka, karakteristik,
warna cairan, granulasi,
jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal.
e.
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
|
Mencegah
iritasi dan tekanan dari baju.
Area
yang lembab dan terkontaminasi merupakan media untuk pertumbuhan organisme
patogenik.
Area ini
meningkat risikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobatan lebih intensif.
Mencegah
terjadinya perdarahan dan infeksi.
Meningkatkan
sirkulasi dan perfusi kulit dengan mencegah tekanan lama pada jaringan.
|
c.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat dan
hipermetabolisme.
Tujuan
:
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria
Hasil :
a.
Adanya peningkatan BB sesuai dengan
tujuan.
b.
Klien menunjukkan berat badan yang stabil.
c.
Klien berpartisipasi dalam intervensi
spesifik untuk merangsang nafsu makan
Intervensi (NIC)
|
Rasional
|
a.
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi.
b.
Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
c.
Monitor makanan kesukaan.
d.
Monitor kalori dan intake
nutrisi.
e.
Dorong pasien untuk konsumsi diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
|
Meningkatkan pengetahuan pasien
mengenai kebutuhan nutrisi.
Membantu pasien mendapatkan gizi
seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Membangkitkan nafsu makan pasien.
Mengetahui jumlah kalori yang
dibutuhkan dan jumlah nutrisi yang masuk.
Kebutuhan jaringan metabolic ditingkatkam
begitu juga cairan.
|
d.
Resiko
infeksi berhubungan dengan luka infeksi pembedahan
Tujuan
: Klien akan
terbebas dari infeksi.
Kriteria Hasil :
a.
Klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi.
b.
Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya infeksi.
Intervensi
(NIC)
|
Rasional
|
a.
Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal.
b.
Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah.
c.
Ajarkan cara menghindari
infeksi
|
Mengetahui adanya gejala awal dari proses infeksi.
Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk
melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan komplikasi selanjutnya.
Meningkatkan pengetahuan pasien
mengenai cara mencegah infeksi.
|
e.
Ansietas
berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
Tujuan : Kecemasan
dapat berkurang
Kriteria
hasil :
a.
Klien mampu mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas
b. Vital
sign dalam batas normal
c. Postur
tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan.
Intervensi (NIC)
|
Rasional
|
a.
Identifikasi tingkat
kecemasan.
b.
Jelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama prosedur.
c.
Berikan informasi faktual
mengenai diagnosis, tindakan prognosis.
d.
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan, ketakutan persepsi.
e.
Dengarkan dengan penuh
perhatian.
f.
Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan mengurangi takut.
g.
Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi.
|
Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien.
Meningkatkan pengetahuan prosedur
bagi pasien.
Menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti
tentang penyakitnya.
Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga
mengurangi kecemasan.
Dengan mendengarkan keluhan klien secara empati maka klien
akan merasa diperhatikan.
Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat
berkurang.
Memberikan ketenangan dan mengurangi
kecemasan.
|
4. Evaluasi
a. Nyeri
klien berkurang atau dapat teratasi
b. Kerusakan
integritas kulit dapat teratasi.
c. Kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi
d. Kecemasan
dapat berkurang
e. Tidak ada
tanda-tanda infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Azamris. 2006. Analisis Faktor Risiko pada Pasien Kanker
Payudara di Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No. 152.
Dalimartha, Setiawan. 2004. Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Anti Kanker. Jakarta : Penebar Swadaya.
Harianto,
Rina M dan Hery S. 2005. Risiko Penggunaan Pil Kontrasepsi Kombinasi Terhadap
Kejadian Kanker Payudara pada Reseptor KB di RS Dr. Cipto Mangunkusumo,
Jakarta: Majalah Ilmu Kefarmasian,
Vol. 2, No.1, hh. 84-99.
Heffner,
Linda J dan Danny J Schust. 2005. At
Glance Sistem Reproduksi Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga.
Ibrahim,
Syarif dan Syarifuddin Wahid. 2010. Immunotherapy on Breast Cancer. The Indonesia Journal of Medical Science
Volume 2 No 1 Juli 2010 p.54-60.
Indarti,
Rini dan Henry Setiawan. 2005. Faktor-Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian Kanker Payudara. Magister Programme of Epidemiology, University of
Diponegoro, Semarang, Indonesia
No 5248.
Mardiana,
Lina. 2004. Kanker pada Wanita,
Pencegahan dan Pengobatan dengan Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya.
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka.
Sjamsuhidayat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Tapan, Erik. 2005. Kanker, Antioksidan, dan Terapi Komplementer. Jakarta : Elex Media
Komputindo.
Tim Penanggulangan dan Pelayanan Kanker Payudara Terpadu
Paripurna RS Kanker Dharmais. 2002. Penatalaksanaan Kanker Payudara Terkini
Edisi 1 Cetakan 1. Jakarta : Pustaka Populer Obor.
Tjindarbumi, D. 2002. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya dalam Deteksi Dini
Kanker. Jakarta : FK UI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar